Obituari SMA YPI 45 : Berakhir ‘Tutup Gerbang’
(design by Canva) |
Di malam yang tenang, tanpa diduga-duga seseorang di grup alumni SMA membuat keributan. Dia melempar dua buah foto yang berisi lembaran surat yang ditandatangani oleh kepada sekolah kami. Saya baca perlahan, dalam surat itu disebutkan bahwa sekolah kami tidak lagi memiliki murid. Kabar itu membuat geger grup WhatsApp angkatan.
Hal pertama yang terterlintas di benak
sebagian besar orang sebagai respon sekolahnya bangkrut biasanya bertanya “Trus
legalisir ijazah di mana dong?” atau bertanya ke Google “cara legalisir ijazah
kalau sekolah bangkrut”. Dari itu semua
tentu tetap bertanya-tanya bagaimana nasib guru-guru kami. Hingga saat ini saya
belum menemukan jawabannya.
Tidak pernah terlintas dalam
benak bahwa suatu hari saya harus menulis sebuah obituari untuk sekolah yang
saya sayangi. Tapi, apa mau dikata, sekolah swasta pertama di Kota Bekasi ini
harus tutup gerbang di tahun 2020.
Saya masuk SMA YPI 45 berawal
dari sebuah langkah keterpaksaan. Saya yang saat itu ga punya Nilai Ebtanas Murni
(NEM) yang gede-gede amat, tersingkir dari anak-anak lain yang lebih tinggi
nilainya atau tersingkir oleh mereka yang nyogok masuk SMA negri. Padahal NEM
saya hanya selisi 0,1 dari nilai terendah di SMA negri yang saya minati.
Ibu saya pun ogah sogok menyogok
demi saya masuk negri. “Buat apa nyogok-nyogok begitu?! Kita ga ada duit,”
tegasnya. Saat itu saya yang masih berkepala batu keukeuh ingin masuk negri, cukup tidak tahu diri memang. Hahaha Kemudian
ayah saya yang religius menengahi, ”Ga apa-apa SMA swasta, yang penting dapat
ilmunya dan berkah,”.
Akhirnya saya pasrah dan menerima
keadaan sekolah saya yang sedikit muridnya. Hanya dua kelas. Hal yang paling
saya suka dari SMA YPI 45 adalah AC-nya. Dingin. Hehehe seumur-umur saya
sekolah, ini kali pertama saya belajar pakai AC di ruang kelas.
Eoforia masuk SMA negri bergengsi
tentu tidak kami rasakan. Wajah masam teman-teman saya terlihat di hari pertama
sekolah.
Hari pertama masuk sekolah terasa
asing. Tidak satupun yang saya kenal, semua wajah muram, mungkin ekspresi gagal
masuk SMA negri atau menghayati kata sambutan dari Pak Hambali (guru Bahasa
Inggris) yang membahas topik iman di hari pertama sekolah.
Pak H. Abdul Fatah dan KH Arsyad
Baedhowi – pendiri sekolah kami – mungkin sudah menyadari bahwa SMA YPI 45 akan
menjadi tempat pelipur lara bagi kami, barisan anak-anak yang pupus harapannya,
yang pasrah hatinya, menerima keadaan dan kenyataan.
Bahwa mungkin kami bukan
anak-anak yang pintar-pintar amat, tetapi kami hanya menjalani keputusan orang
tua yang percaya pada SMA YPI 45 bisa mengubah kami mendapatkan masa depan yang
lebih cerah, disamping tentu saja SPP SMA YPI yang tergolong cukup murah, Rp200
ribu per bulan.
Guru-guru di SMA saya adalah
guru-guru yang luar biasa. Mereka adalah salah satu panutan saya dan alasan
mengapa saya menjadi seorang S.Pd – yaa walaupun sekarang nyasar jadi wartawan
– tetapi pelajaran hidup dari beliau selalu saya terapkan.
Seperti kata-kata Cokroaminoto,
“setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat,
menunjukkan integrasi komprehensif antara ilmu akademis, aplikatif, beretika, dan
bermoral,”
Guru-guru SMA YPI 45 mengajarkan
nilai-nilai moral, seperti tidak mengambil yang bukan hak kita dan tentu saja
senantiasa memupuk ketakwaan kami kepada Allah SWT. Walaupun, tidak jarang dari
murid-murid yang bolong-bolong salatnya.
Mungkin, jika Almarhumah Bu Sisi (guru sejarah) masih hidup, beliau akan menegur kami, menceramahi, bahkan tak segan menghukum apabila kami ketahuan melanggar aturan.
Beliau dan Bu Endang
(guru Kimia) jadi salah satu guru favorit saya. Biarpun mereka galak tapi kasih
mereka pada murid tak habis-habisnya.
Di mana pun kalian berada jangan pernah lupakan tempat asalmu menuntut ilmu. Guru kita di masa sekolah merupakan sosok yang berkontribusi membentuk dirimu sekarang.
Beliaulah yang membuatmu
lulus sekolah hingga akhirnya dirimu bisa nyaman menduduki jabatan/pekerjaanmu
yang sekarang. Berterima kasihlah dan doakan.
SMA YPI (Yayasan Pendidikan
Islam) 45 Bekasi berdiri sejak 1984. Sekolah swasta pertama di Bekasi ini
didirikan oleh H. Abdul Fatah dan KH Arsyad Baedhowi.
Keduanya terinspirasi dari
semangat juang para pahlawan angkatan 45 kemerdekaan Indonedia. Jadi, tidak
heran kenapa ada angka 45 setelah singkatan YPI.
SMA YPI 45 dalam menjalankan
sekolah dan kegiatan belajar, mengajar mengacu pada landasan islam. Sehingga,
SMA YPI memiliki pelajaran terkait keislaman. SMA YPI 45 berada di belakang
komplek UNISMA Bekasi.
Salam dari angkatan 2005, memang sedih tapi mau gmn lagi terlalu banyak gempuran dari swasta² lainnya, dan memang diakui klo sekolah kita secara letak kurang strategis ditambah promosi yg kurang juga, zaman saya lulus tahun 2005 perkelasnya minimal 40 orang dan ada 7 kelas (3 IPA + 4 IPS), wali kelas saya Alm Ibu Susi saat itu.
BalasHapusSalam dari angkatan 2002.. angkatan yg paling banyak d jamanna.. ada 17 kelass.. bnyk kenangan di ypi.. dr jalur cintanya yg pinggir tol.. ehehehe... ekskul pramukanya paling juara d smu ypi,pas lomba bisa bersaing dengan smu negri 1 dan 2.. utk ekskul basketnya lebih seru,klw ypi dah maen pecah dah.. yah segitulah kenangan di waktu smu di ypi.. asli sedih dengernya pas smu ypi mesti tutup.. walaupun sudah tutup SMUnya,smoga kita para alumni masih bisa utk bersilahturahmi.. aamiin..
BalasHapusAngkatan 2002 hadir
HapusAnak pramuka angkatan 2002 hadir
Hapus